aku berbicara tentang kesepian ku pada malam. Merindu tapi
sebenarnya tak dirindui.
Aku mengenal sepi saat aku mulai kehilangan dirimu. Kamu yang
pergi meninggalkanku sebab mendua tanpa pikir panjang.
Saat itu aku hanya bisa terdiam, meratapi kosongnya hatiku
tak ada yg menempati. Hilang, semuanya
seperti hilang dihembuskan oleh tiupan angin lalu sekejap terasa sepi.
Rasanya luka pun semakin terasa sakit dan tak terasa air
mata jatuh membasahi kedua pipiku lalu jatuh ketanah yang saat ini ku pijak.
Aku hanya merasa sepi sendiri dan butuh kamu, ya hanya kamu
yang saat ini aku butuhkan, yang berhasil membuat pikiran ku dipenuhi oleh
angan tentang kembalinya dirimu. Nyatanya itu tak akan pernah terjadi dalam
“kita”. Aku hanya bisa mengingat saat ini “kau sedang berbahagia dengan pilihan
hidupmu yg akan membahagiakan dirimu”
Sedangkan aku hanya bisa berdoa dalam sepi demi bahagia mu.
Saat ini aku memang tak punya dirimu, tapi aku masih punya
kenangan manis besamamu.
Saat menemanimu melakukan segala hobymu dan saat sepi
menyerang dirimu. Semua masih terekam
jelas diotak ku. Walau sekarang mungkin kau tak mengingatnya.
Aku hanya bisa mencintaimu dari jauh dengan segala kesepian
ku, lalu saat ini, bisakah kau mengerti tentang sebuah cinta yang tulus? Tentang
segala pengorbanan yang aku beri padamu? Tentang segala sakit yang kurasakan saat
sepi melanda malamku? Dan hanya butuh “kamu”?
Mungkin rasanya percuma jika aku menanyakan hal itu padamu,
jelas bahwa kau tak akan pernah mengerti.
Aku mencoba berjalan, pada gelapnya ruang sama seperti
hatiku malam ini. Sepi....sangat sepi.
Rasanya aku lelah menjalani ini tanpa sosok yang terkasih.
Rasanya aku terlalu muak seperti ini, sepi dan sunyi. Malam
dan sendiri.
Aku tinggalkan jejak rindu pada bait-bait puisiku. berharap kau bisa membaca arah pulang ke kita yang dulu....