Selasa, 12 Februari 2013

Sepi itu mengusik malamku.


aku berbicara tentang kesepian ku pada malam. Merindu tapi sebenarnya tak dirindui.
Aku mengenal sepi saat aku mulai kehilangan dirimu. Kamu yang pergi meninggalkanku sebab mendua tanpa pikir panjang.
Saat itu aku hanya bisa terdiam, meratapi kosongnya hatiku tak ada yg menempati.  Hilang, semuanya seperti hilang dihembuskan oleh tiupan angin lalu sekejap terasa sepi.
Rasanya luka pun semakin terasa sakit dan tak terasa air mata jatuh membasahi kedua pipiku lalu jatuh ketanah yang saat ini ku pijak.

Aku hanya merasa sepi sendiri dan butuh kamu, ya hanya kamu yang saat ini aku butuhkan, yang berhasil membuat pikiran ku dipenuhi oleh angan tentang kembalinya dirimu. Nyatanya itu tak akan pernah terjadi dalam “kita”. Aku hanya bisa mengingat saat ini “kau sedang berbahagia dengan pilihan hidupmu yg akan membahagiakan dirimu”
Sedangkan aku hanya bisa berdoa dalam sepi  demi bahagia mu.

Saat ini aku memang tak punya dirimu, tapi aku masih punya kenangan manis besamamu.
Saat menemanimu melakukan segala hobymu dan saat sepi menyerang dirimu.  Semua masih terekam jelas diotak ku. Walau sekarang mungkin kau tak mengingatnya.
Aku hanya bisa mencintaimu dari jauh dengan segala kesepian ku, lalu saat ini, bisakah kau mengerti tentang sebuah cinta yang tulus? Tentang segala pengorbanan yang aku beri padamu? Tentang segala sakit yang kurasakan saat sepi melanda malamku? Dan hanya butuh “kamu”?
Mungkin rasanya percuma jika aku menanyakan hal itu padamu, jelas bahwa kau tak akan pernah mengerti.

Aku mencoba berjalan, pada gelapnya ruang sama seperti hatiku malam ini. Sepi....sangat sepi.
Rasanya aku lelah menjalani ini tanpa sosok yang terkasih.
Rasanya aku terlalu muak seperti ini, sepi dan sunyi. Malam dan sendiri.
Aku tinggalkan jejak rindu pada bait-bait puisiku. berharap kau bisa membaca arah pulang ke kita yang dulu....